Selasa, 14 April 2015

Laporan Semester Praktikum Kimia Dasar FAPET UNJA






LAPORAN SEMESTER PRAKTIKUM
 KIMIA DASAR



Oleh :


DEVI E PANJAITAN (E10014040)
KELAS : A
KELOMPOK : BASA D







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014








KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat-Nya kelompok Basa D dapat menyelesaikan laporan Semester Praktikum Kimia Dasar ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama asisten dosen yang telah banyak meluangkan waktu, tenanga, dan pikiran untuk membimbing kami  dalam pelaksanaan praktikum serta proses pembuatan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselasaikan.
             Penulis  berharap semoga laporan semester ini dapat bermaanfaat bagi pembaca, dan penulis juga berharap semoga hasil dari laporan ini dapat di maanfaatkan untuk kedepannya. Terlebih penulis mengucapkan mohon maaf bila ada  kekurangan dan kelebihan, dan sekaligus memohon kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.


Jambi,    Januari  2015

                                               Penulis


DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................1
          Latar Belakang……………………………………….............................1
          Tujuan Dan Manfaat…………………………………………………......7
TINJAUAN PISTAKA………………………………………………………......9
MATERI DAN METODA…………………………………………………….....21
Waktu dan tempat.......................................................................................21
Materi.........................................................................................................21
Metoda...................................................................................................23
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………....……......29
           Pemisahan Dan Pemurnian………………………………….......………..29
           Kromatografi…………………………………………….......……………32
           Stoikiometri……………………………………………........…………….37
           Laju Reaksi…………………………………………………........………..44
           Titrasi Oksidasi Reduksi……………………………………….....………46
PENUTUP………………………………………………………………..………48
           Kesimpulan……………………………………………………….………48
           Saran……………………………………………………………........……49
DAFTAR PUSTAKA









 


 
PENDAHULUAN

Latar Belakang

             Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur materi dan perubahan yang dialami materi baik secara alamiah maupun dengan cara percobaan yang direncanakan. Sehingga dalam mempelajari Kimia Dasar perlu suatu percobaan atu praktek agar Mahasiswa dapat mengerti dan lebih tau dalam menyusun zat kimia. Maka dari itu, dengan adanya mata kuliah Kimia Dasar ini dapat menjadi bekal dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebelum diaplikasikan kepada lingkungan masyarakat.Sebagai salah satu contohnya yakni PEMISAHAN DAN PEMURNIAN. Adapun penggolongan pemisahan dan pemurnian yakni Pemisahan zat padat dari zat cair dan pemisahan zat padat ke zat padat.        Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu Kimia secara  mendasar,  proses  pemisahan  dapat  diterangkan sebagai  proses perpindahan  massa. Proses  pemisahan  sendiri  dapat  diklasifikasikan  menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang  digunakan  bergantung  pada  kondisi  yang  dihadapi.  Pemisahan  secara mekanis  dilakukan  kapanpun  memungkinkan  karena  biaya  operasinya  lebih murah  dari  pemisahan  secara  kimiawi.  Untuk  campuran yang  tidak  dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan. Proses  pemisahan  suatu  campuran  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  metode. Metode  pemisahan  yang  dipilih  bergantung  pada  fasa  komponen  penyusun campuran.  Suatu  campuran  dapat  berupa  campuran  homogen  (satu  fasa)  atau campuran  heterogen  (lebih dari  satu  fasa).  Suatu  campuran  heterogen  dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cairgas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau  lebih  proses  pemisahan  harus  dikombinasikan  untuk  mendapatkan  hasil pemisahan yang diinginkan. Pemisahan dapat dilakukan dengan bebereapa metode, yaitu :
·       Filtrasi
Filtrasi  atau  penyaringan  merupakan  metode  pemisahan  untuk memisahkan  zat  padat  dari  cairannya  dengan  menggunakan  alat  berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses  filtrasi  yang  dilakukan  adalah  bahan  harus  dibuat  dalam  bentuk larutan atau  berwujud cair  kemudian  disaring. Hasil penyaringan  disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring  disebut residu. (ampas). Metode  ini  dimanfaatkan  untuk  membersihkan  air  dari sampah  pada pengolahan  air,  menjernihkan  preparat  kimia  di  laboratorium, menghilangkan  pirogen  (pengotor)  pada  air  suntik  injeksi  dan  obat-obat injeksi,  dan  membersihkan  sirup  dari  kotoran  yang  ada  pada  gula. Penyaringan  di  laboratorium  dapat  menggunakan  kertas  saring  dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap.
·       Sublimasi
Sublimasi  merupakan  metode  pemisahan  campuran  dengan  menguapkan  zat  padat  tanpa  melalui  fasa  cair  terlebih  dahulu  sehingga  kotoran  yang tidak menyublim akan tertinggal. bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod.

·       Kristalisasi
Kristalisasi  merupakan  metode  pemisahan  untuk  memperoleh  zat  padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode iniadalah kelarutan bahan dalam  suatu  pelarut  dan  perbedaan  titik  beku.  Kristalisasi  ada  dua  cara yaitu  kristalisasi  penguapan  dan  kristalisasi  pendinginan. Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam  dapur  dari  air  laut.  Mula-mula  air  laut  ditampung  dalam  suatu tambak,  kemudian  dengan  bantuan  sinar  matahari  dibiarkan  menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih  diperlukan  proses  rekristalisasi  (pengkristalan  kembali) Contoh  lain  adalah  pembuatan  gula  putih  dari  tebu.  Batang  tebu dihancurkan  dan  diperas  untuk  diambil  sarinya,  kemudian  diuapkan dengan  penguap  hampa  udara  sehingga  air  tebu  tersebut  menjadi  kental, lewat  jenuh,  dan  terjadi  pengkristalan  gula.  Kristal  ini  kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gulapasir.
·       Destilasi
Destilasi  merupakan  metode  pemisahan  untuk  memperoleh  suatu  bahan yang  berwujud  cair  yang  terkotori  oleh  zat  padat  atau  bahan  lain  yang mempunyai  titik  didih  yang  berbeda.  Dasar  pemisahan adalah  titik  didih yang  berbeda.  Bahan  yang  dipisahkan  dengan  metode  ini  adalah  bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak  terlalu  dekat.  Proses  pemisahan  yang  dilakukan  adalah  bahan campuran  dipanaskan  pada  suhu  diantara  titik  didih  bahan  yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencairditampung dalam wadah.  Bahan  hasil  pada  proses  ini  disebut  destilat,  sedangkan  sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
·       Ekstraksi
Ekstraksi  merupakan  metode  pemisahan  dengan  melarutkan  bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
·       Adsorbsi
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari  pengotornya  dengan  cara  penarikan  bahan  pengadsorbsi  secara  kuat sehingga  menempel  pada  permukaan  bahan  pengadsorbsi.  Penggunaan  metode  ini  dipakai  untuk  memurnikan  air  dari  kotoran  renik  atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran.
·       Kromatografi
Kromatografi  adalah  cara  pemisahan  berdasarkan  perbedaan  kecepatan perambatan  pelarut  pada  suatu  lapisan  zat  tertentu. Dasar  pemisahan metode  ini  adalah  kelarutan  dalam  pelarut  tertentu, daya  absorbsi  oleh bahan  penyerap,  dan  volatilitas  (daya  penguapan).  Contoh  proses kromatografi  sederhana  adalah  kromatografi  kertas  untuk  memisahkan tinta.

             Dalam kehidupan sehari-hari,kita tidak lepas dari hal-hal yang berbau dengan ilmu Kimia, seperti halnya saat kita mencampurkan gula kedalam air. Sebagai contoh yang sederhana adalah ketika kita memisahkan antara ampas kelapa dengan santanya.Dalam menggunakan metode penyaringan (filtrasi), ampas kelapa akan tertahan pada alat saring dan santannya lolos dari alat saring. . Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan.
           Metode lain untuk memurnikan zat cair adalah destilasi. Metode ini memanfaatkan perbedaanan pada temperatur lebih rendah. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul memasuki fase uap. Destilasi ada dua macam, yaitu distilasi sederhana dan distilasi bertingkat Sublimasi adalah proses pemurnian suatu zat dengan jalan memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat. Ketika iod dipanaskan tidak menguap, sedangkan komponen yang lain tidak. Kristalisasi cara ini berdasarkan perbedaan larutan dari komponen campuran dalam pelarut tertentu.
            Kromatografi adalah sautu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Kertas kromatografi dibuat dari serat selulosa danselulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa. Kompleksitas tmbul karena serat-serat selulosa berantraksi dengan uap air dari atmosfir sebagaimana dalam hal air yang timbul pada saat pembuatan kertas.
            Stoikiometri berkaitan dengan hubungan kuantitatif antara unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi,pengetahuan tentang masa atom dan masa molekul dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu ekperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar.
            Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, partikel temperatur dan katalis. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.
            Titrasi Oksidasi reduksi (redoks),merupakan bagian terbesar dari analisis volumetri karena metoda ini dapat digunakan untuk sejumlah besar unsur. Selain itu metoda ini digunakan juga untuk menentukan sejumlah zat organik. suatu penerapan penting dari TITRASI OKSIDASI ASAM BASA adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada masa dinamakan gravimetrik dan pengukuran yang dilakukan pada dasar berdasarkan volume  larutan dianamakan volumetrik atau titrasi. Dalam percobaan ini tehnik analisis ini diterapkan pada analisis contoh yang mengandung asam. Reaksi yang dipakai untuk analisis volumentri harus memepunyai sifat-sifat penting antara lain stoikiometri yang baik tidak memberikan reaksii sampai (hanya bahan yang dialissis yang bereaksi dengan titran, laju reaksi tinggi, tidak ada gangguan yang berarti dan ada alat untuk mendeteksi ekivalen titrasi


Tujuan dan Manfaat

            Untuk mengetahui tentang zat-zat  dan cara untuk pemisahan dan pemurnian, kromatografi, stoikiometri, faktor-faktor yang memperngaruhi laju reaksi dan titrasi oksidasi dan reduksi. Sehingga kita mendapat ilmu yang bermanfaat dimana sebelumnya kita belum mengetahui tentang semua yang tertera diatas dan karna berkat pratikum ini kami sudah mengetahui bagaimana bentuk zat dan reaksi dari paraktikum tersebut.
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat lebih mengerti dan menyukai pelajaran kimia, dan dapat mengetahui zat-zat apa yang bisa dilarutkan atau dicampurkan.
            Adapun manfaat diadakan praktikum ini adalah agar Mahasiswa bisa mengetahui tehnik atau cara dalam melakukan pemisahan dan pemurnian sehinggamenghasilkan zat yang baru. Selain itu juga untuk mengenal alat-alat yang digunakan di Laboratorium ini sesuai dengan fungsi alat tersebut.
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara perhitungan terhadap jarak suatu noda dengan jarak basa air pada kertas kromatografi tersebut.
Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui bagaimana proses reaksi air dan tinta dengan perbandingan jaraknya, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut.
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah untuk kita mengetahui bagaimana cara perhitungan suhu suatu zat didalam kimia.
Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapat mengetahui bagaimana cara mengukur suhu suatu zat, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut.
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan ini adalah agar maha siswa dapat lebih mengerti dan menyukai pelajaran kimia,dan dapat mengetahui zat-zat apa saja yang bisa dilarutkan atau dicampurkan.
Manfaat yang dapat kita proleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah: kita dapatmengetahui tehnik atau cara dalam melakukan pengukuran temperatur pada laju reaksi, dan untuk memenuhi kelengkapan dalam syarat pada proses praktikum mata kuliah tersebut.
Adapun tujuan dari prktikum titrasi oksidasi adalah untuk mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam, menstandarisasi larutan penitrasi.
Adapun manfaat dari diadakan prakikum ini agar mahasisiwa dapat mengetahui tehnik cara melakukan atau mentitrasikan larutan.


TINJAUAN PUSTAKA


Pemisahan dan Pemurnian

Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan pada kelarutan  zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009).
           Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001).
Reklistalisasi merupakan merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan,dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, apabila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap,(Arsyad,2001
         Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002).
          Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam, sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, permbahasan zat padat hanya membicarakan kristal. (Syukri, 2000).
         Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kriistal-kristal yang terbentuk selama berlangsung pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali makin cepat kristal itu akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. (Svehla, 2000).
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode-metode tersebut, yaitu pengayakkan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi. Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadang-kadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru (Anonim.2009).
Seperti halnya dekantir, proses penyaringan juga digunakan untuk memisahkan campuran yang zat penyusunnya cairan dan padatan. Bedanya, ukuran padatan cukup kecil sehingga tidak mengendap di dasar cairan, tetapi tersebar pada cairan. Jika campuran jenis ini dipisahkan dengan dekantir, maka padatan dan cairan tidak terpisah dengan baik. Untuk itu dilakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan menuang campuran ke atas kertas saring dari sebuah corong gelas. Kertas saring akan menahan padatan yang lebih besar dari pada ukuran lubang saring. Padatan yang tertinggal pada kertas saring ini disebut residu. Sementara zat dengan ukuran partikel lebih kecil dari ukuran lubang saring akan lolos melalui kertas saring. Zat yang dapat melewati kertas saring ini disebut filtrate (Anonim.2003).
Stoikiometri


          Stoikiometri dari suatu senyawa dapat memperlajari dalam kinetika kimia. Stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan masa molekul. (Michael Purba, 2005).
J.A Hunt (2004), menyatakan bahwa stoikiometri dari suatu senyawa dinyatakan dalam rumus kimia.
Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal.
Penicum aracis (2002),menyatakan stoikiometri ialah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan dan komposisi-komposisi dari suatu zat dan nilainya.
Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar.
Stoikoimetri berasal dari bahasa yunani,yaitu stoicheion yang berarti unsur,netron artinya mengukur.Jadi ,stoikiometri adalah erhitungan kimia.Lima dasar yang menjadi dasar perhitungan kimia yaitu,Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier),Hukum Perbandingan Tetap(Hukum Proust),Hukum Perbandingan Berganda(Hukum Dalton),Hukum Perbandingan Volume(Hukum Gay-lussac),dan Hukum Aavogadro.(Anonim 2012).
 Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal.
(Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.

(Riccard, 2006:980) menyatakan bahwa semakin tinggi volume asam maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi, begitu pula sebaliknya dengan basa. (sama dengan hasil penelitian yang kami lakukan.
(Rassy,2004:367) stoikiometri (stoikiometri reaksi untuk
membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantutatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia(persamaan kimia)yang didasarkan pada hukum-hukum dasar persamaan reaksi.(Anonim.2011).Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan masa unsur –unsur dalam pembentukan senyawa.Pada perhitungan kimia secara stoikiometri ,biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia .Stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal ,yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.(Anonim.2011).

Kromatografi

Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner (Annisa 2000 : 117).
Menurut Joko, (2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner. (Annisa 2000 : 117)
Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi,  kromatografi partisipasi  cairan dan pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan yang bergerak mengalir melewati fase cairan stasioner yang diserap pada suatu pendukung.
Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam 2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna tentu saja nodanya dapat terlihat.
Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain.  
Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal fase geraknya dapat dicampur dengan air.
Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas.
Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm.
Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta.
Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Aswad (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi  adalah benda-benda yang mempengaruhi konsentrasi, besar partikel dan temperatur atas laju reaksi.
Bird (2000) mengatakan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada ion yang mengandung asam dan dengan adanya natrium tiousulfat maka akan membebaskan iodium telah diasamkan dengan asam sulfat.
Konnaso (2001) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah pengaruh konsentrasi, pengaruh besar partikel atas laju reaksi, pengaruh temperatur atas laju reaksi, pada temperatur-temperatur atas laju reaksi ini tergantung pada zat-zat pereaksi.
Sahma (2001) mengatakan bahwa laju pertumbuhan butir seng merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran balon yang akan mengalami pengembangan yang sangat cepat karena dipengaruhi oleh larutan asam klorida dan butiran seng.
Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat.
Sebelum pereaksi terlibat dalam suatu reaksi kimia mereka harus mengadakan kontak lebih dahulu satu sama lain. Terkadang kontak seperti ini cukup untuk memulai reaksi secara spontan. Meskipun demikian dalam banyak kasus di perlukan sumber energi dari luar untuk memenuhi terjadinya reaksi, yaitu untuk menyediakan energi aktivitas reaksi. Magnesium misalnya harus dipanaskan sampai temperaturenya naik terlebih dahulu sebelum bereaksi dengan oksigen dari udara. Sekali reaksi terjadi, reaksinya akan cepat sekali dan menghasilkan banyak panas (Krisbiyanto : 2008).
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung lambat, sedangkan peledakan mesiu atau kembang api adalah contoh reaksi yang cepat.(Anonim.2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan sentuh,suhu,katalis,molaritas, dan konsentrasi.(Wikipedia).Semakin besar luas permukaan sentuh antar partikel maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga apabila semakin kecil luas permukaan  bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,sehingga laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim 2009).Makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi makincepat reaksinyaberlangsung.Makin besar konsentrasi makin banyak zat –zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikia makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.Suhu juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang tterjadi semakin sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 100C,laju reaksi akan naik menjadi dua saampai tiga kali lipat dari semula yang dapat dirumuskan sebagai berikut: .(Anonim.2009). Dalam reaksi kimia dikenal istilah energi aktivasi/energi pengaktifan,yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antar molekul menghasilkan zat hasil reaksi.Laju reaksi akan semakin cepat jika energi kinetik meningkat dan energi aktivasi menurun. (Sandri.2009).

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi (Hera.2009).

  Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi ,yaitu membuat tahap-tahap reaksi yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah.Dalam suatu reaksi ,katalis tidak mengalami perubahan kimia (tidak ikit bereaksi).Katalis diperlukan dalam suatu reaksi ,tetapi jumlahnya relatif sedikit.(Sandri.2009).

Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.(Anonim.2012)



Titrasi oksidasi dan reduksi

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 2009).
Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009).
Suatu proses didlm laboratorium utk mengukur jumlah suatu reaktan yg bereaksi sempurna dgn sejumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama ditambahkan secara kontinu ke dlm reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang ditambahkan tadi disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titree (Thomas,2003).
Didalam beberapa titrasi, titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrant telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titree.Salah satu masalah teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik ekivalen (Kuncoro, 2001).
Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).









MATERI DAN METODA


Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia dasar tetang pemisahan dan pemurnian, kromatografi, stooikiometri, fakktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi, titrasi oksidasi dan reduksi dilaksanakan mulai dari tanggal 09 November sampai tanggal 21 Desembar 2014 pada pukul 08.00 sampai dengan selesai yang bertempat di Laboratorium SAINTEK Universitas Jambi.


Materi

Pemisahan dan Pemurnian

Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum Kimia Dasar  Pemisahan dan Pemurnian adalah gelas kimia, corong, cawan penguap, gelas ukur 50 ml, pembakar, kaca erloji, kertas saring, CuSO4-5H2O, garam dapur, yod, kapur tulis, pasir.



Kromatografi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Kimia Dasar tentang kromatografi adalah kertas kromatografi, gelas kimia, lidi, tinta dengan warna biru, merah, hijau ( yang larut dalam air)


Stoikiometri

Pada pratikum ini menggunakan alat dan zat yaitu :gelas kimia, gelas penagaduk, termometer, larutan CuSO4, larutan NaOH, larutan HCL dan larutan H2SO4.


Fator-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Dalam praktikum ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : Pada kegiatan 1: balon, labu 100 ml, butiran seng, stopwach, larutan asam klorida. Pada kegiatan ke 2 : marmer, larutan HCl, balon, labu ukur100 ml, mortir, tabung ukur 100 ml. Pada kegiatan ke 3 : pipet tetes, gelas kimia 150 ml, tabung reaksi, rak tabung reaksi, stopwach, larutan natrium tiosulfat, larutan asam klorida.


Titrasi oksidasi dan reduksi

Pada praktikum ini alat dan zat yang digunakan adalah pipet tetes 25 ml, buret 50 ml, labu titrasi 250 ml, labu takar, larutan asam oksalat, Larutan KMnO4, dan pembakar.


Metoda

Pemisahan dan pemurnian

Memasukkan lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah berisi air 25 ml, kemudian di aduk.Biarkan pasir mengendap ,kemudian tuangkan larutan bagian atas.
Memasukkan bubuk kapur tulis ke dalam gelas kimia, kemudian di aduk.siapkan corong dan kertas saring, lalu lakukan penyaringan.
Larutkan garam dapur dalam gelas kimia yang berisi air, kemudian larutkan garam ini disaring dengan menggunakan kertas saring.uapkan larutan garam yang telah di saring ini dalam cawan penguapan.
            Larutkan 10 gram garam CuSo4.5H2O ke dalam 50 ml air.uapkan larutan ini sehingga volum menjadi 20 ml, keudian di dingin kan .perhatikan bentuk Kristal yang terjadi.
Campurkanlah lebih kurang 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia dan 1 sendok garam dapur sampai homogen, dan masukkan ke dalam gelas kimia.panaskan campuran ini kemudian saring.zat padat yang tertinggal di corong di cuci dua sampai tiga kali dangan lebih kurang 5 ml air.air saringan dan cucian di satukan kemudian di uapkan dalam cawan penguapan . jika air nya hamper habis, handak nya pembakar di sisih kan sebentar dan biarkan air menguap sendiri.
Memasukkan lebih kurang 2 gram yod yang kotor ke dalam cawan penguapan.tutup cawan penguapan terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk tersebut dengan kaca erloji yang berisi air.panaskan perlahan-lahan sampai terbentuk zat padat pada alat kaca erloji. Sesudah di dinginkan kumpulkan Kristal-kristal tersebut.pehatikan bentuk Kristal yang terbentuk.


Kromatografi


 buatlah garis dengan pensil 1 cm dari ujung bawah keatas Kromatografi, buat titik dengan tinta hijau di tengah garis, buat titik dengan tinta lain di sebelah kiri dan disebelah kanan titik hijau pada jarak 2cm. biarkan sampai kering, gulung kertas berbentuk silinder, tempatkan kertas dalam gelas kimia yang berisi air setinggi 1cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tersebut agar tidak tercelup dalam air),  biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung kertas, keluarkan kertas. Beri batas rambat air. Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas saring menjadi kering, ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna, dari garis pensil pada ujung bawah keatas. Hitung harga perbandingan kedua jarak = jarak noda / jarak air, buat kromatograf dari titik tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran dua macam tinta.

Stoikiometri

 stoikiometri system CuSO4 – NaOH.
Gunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M. masukan 5 ml NaOH kedalam gelas kimia dan catat temperaturnya.
Sementara aduk, tambahkan 2 ml CuSO4 yang diketahui temperature awal dan amati temperature dari campuran.
Ulangi percobaan, menggunakan 4 ml NaOH dan 3 ml CuSO4, sekali lagi menggunakan 3 ml NaOH dan 4 ml CuSO4, akhirnya menggunakan 2ml NaOH dan 5 ml CuSO4.





stoikiometri asam – basah :
Kedalam 3 buah gelas piala masukkan berturut-turut 2,4 dan 6 ml larutan NaOH, dan kedalam 3 buah gelas piala berturut-turut 4,6 dan 8 ml Hcl. Temperature dari tiap tiap larutan diukur, dicatat, kemudian dirata-ratakan. Setelah itu kedua macam larutan asam-basa ini di campurkan sedemikian rupa sehingga volumenya selalu tetap yaitu 10  ml. Perubahan temperature yang terjadi selama pencampuran dicatat sebagai temperature akhir,
 M.
  Selanjutnya, buat grafik antara (sumbu Y) dan volume asam-basa (sumbu X)
Lakukan percobaan yang sama terhadap campuran NaOH  dan H2SO4. Perbedaan apakah yang mungkin terdapat jika dibandingkan terhadap percobaan sebelumnya


Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pada kegiatan 1 reaksi antara seng dan asam klorida yaitu :Yang pertama tuangkan seng sebanyak 1 gr ke dalam balon, kemudian pasang balon itu pada labu yang mengandung 8 ml larutan asam klorida.
Jalankan stopwach tepat pada saat seng itu dijatuhkan pada larutan asam klorida dan hentikan stopwach pada saat balon itu dapat berdiri.
Catat hasil-hasil pengukuran waktu yang di capai itu pada lembaran pengamatan.
Pada kegiatan ke dua reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yaitu :
Isi balon dengan 1 gr marmer butiran dan pasang balon itu dengan labu yang telah di isi dengan 50 ml asam klorida. Reaksikan marmer itu dengan menjatuhkannya pada larutan asam klorida. Ukur waktu yang di perlukan agar balon-balon itu terisi karbon di oksida.
Lakukan hal yang sama pada balon yang telah digerus halus. Kemudian bandingkan hasil-hasil pengukuran waktu yang di peroleh itu dan terangkan.
Buat tanda hitam pada sehelai kertas putih dan tempatkan sehelai kertas putih dan tempatkan sebuah tabung reaksi di atas tanda itu.
Kedalam tabung itu bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfal 0,15 M dan 2 tetes larutan asam klorida 3 M. Ukur waktu yang di perlukan untuk mengaburkan tanda hitam itu.
Ke dalam tabung reaksi lain bubuhkan dua tetes larutan natrium tiosulfat 0,15 M dan celupkan dan celupkan tabung itu selama 10 detik dalam air mendidih. Kemudian taruh tabung itu di atas tanda garis hitam tadi. Bubuhkan 2 tetes asam khlorida 3 M dan amati waktu yang di perlukan untuk mangaburkan tanda hitam itu.
Catat semua hasil pengamatan pada lembaran pengamatan dan terangkan hasil-hasil yang di dapatkan itu.




Titrasi okidasi dan reduksi

Pipet 10 ml larutan asam osalat standar kedalam labu titrasi, tambahkan 20 ml aquades dan tambahkan 2 ml H2SO4 2 M, panaskan sampai hampir mendidih, titrasi dengan larutan KMnO4 sehingga terjadi perubahan warna (perhatikan pada awal titrasi warna KMnO4 tidak segera hilang).

















HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemisahan dan Pemurnian

Hasil percobaan pertama sebelum dicampurkan pasir dengan air, warna air masih bening. Setelah dicampur dan diaduk rata warna airnya menjadi keruh dan setelah di diamkan beberapa saat pasirnya mengendap dibagian bawah. Ini memakai cara dekantasi terjadinya pemisaha yang jelas. Hal ini sesuai dengan Anonim( 2009) bahwa Metode dekantasi digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Dalam hal ini, ukuran padatan cukup besar sehingga mengendap di bagian bawah cairan. Dekantir dilakukan dengan menuang cairan ke wadah lain secara hati-hati supaya padatan terpisah dari campuran. Untuk mempermudah proses dekantir, dapat digunakan pengaduk pada saat menuang cairan. Dengan demikian, cairan tidak mengalir keluar wadah dan dapat terpisah dari padatan dengan baik. Namun, metode ini tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara sempurna. Hal ini disebabkan kadang-kadang masih ada cairan yang tersisa dalam wadah semula. Bisa juga terjadi, sebagian padatan ikut masuk ke dalam wadah baru.
         Ada beberapa cara pemisahan campuran : filtrasi pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan yang berpori. Kristalisasi pemisahan untuk memperoleh zat padat yang larut dalam cairan. Terbagi 2 yaitu : penguapan dan pendinginan. Destilasi cara memperleh cairan yang dikotori zat terlarut dan becampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. (Ronald Sitorus, 2002).
            Setelah bubuk kapur tulis dilarutkan dalam air, yang terjadi kapur tidak melarut, Setelah disaring dengan kertas penyaring, kapur tulis berubah warna menjadi bening yang tadinya berwarna.
            Pada percobaan pemisahan larutan garam dapur, setelah dilakukan penyaringan larutan garam, garam masih tetap tertinggal pada kertas saring, sedangkan air di saring tetap jernih dan rasanya tetap asin, hal ini disebabkan karena partikel garam masih ada yang tidak tersaring dan mengikuti tetesan air (proses pemisahan ini di lakukan dengan penyaringan). Sedangkan selanjutnya larutan di masukkan ke dalam cawan penguap dan kemudian di panaskan. Setelah di panaskan volume larutan menjadi  berkurang karena menguap, setelah di dinginkan pada tepi cawan penguap terdapat kristal-kristal garam yang melekat. Garam dan airnya terpisah. Sehinga pemisahan yang terjadi tergolong kristalisasi. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan (Arsyad, 2001).
Setelah garam CuSO4 . 5H2O dilarutkan kemudian dipanaskan, setelah volumenya berkurang sebagian. Kemudian didinginkan, setelah larutan itu dingin terlihat kristal2 disekeliling cawan yang halus dan bewarna putih. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009).
Setelah garam dapur dan pasir dicampurkan menjadi homogen di tambahkan air ,kemudian dipanaskan  dan disaring, warna cairan tersebut berubah menjadi kuning, dan setelah didinginkan cairan tersebut membentuk Kristal-kristal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arsyad,( 2001) Kristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat tersebut atau zat pada tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut. Cara ini bergantung pada kelarutan pada kelarutan  zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.  Syarat utama tebentuknya Kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pad suhu tetap (Fessenden,2002).
            Setelah yod dicampur dengan pasir dan dipanaskan serta ditutup dengan kaca erloji yang diberi sedikit air pada bagian atasnya. Beberapa menit kemudian yod menguap pada kaca erloji dan memebentuk zat padat (Kristal-kristal) berwarna ungu pada bagian kaca. Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan (Nisa halimah.2009). Garam dapur dan natrium klorida atau NaCL. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCL dengan NaOH berair. NaCL nyaris tak dapat larut dalam alkohol, tetapi laru t dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutan sangat kecil dengan suhu. (Arsyad, 2001).





Kromatografi


Setelah dilakukan percobaan sesuai dengan tahap yang ada pada buku panduan, maka dapat diperoleh hasil dimana jarak antara batas air sebesar 9 cm, noda biru sebesar 8,5 cm, noda merah yaitu 8,5 cm, dan noda hijau sebesar 7,5 cm. (fransisco, 2004) berpendapat bahwa Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan. Semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak. Svehla(2000), menyatakan bahwa kertas kromatogarfi bergantung pada pembagian campuran antara 2 fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi,  kromatografi partisipasi  cairan dan pertukaran ion. Dalam kromatografi partisipasi cairan yang bergerak mengalir melewati fase cairan stasioner yang diserap pada suatu pendukung.
Day (2001), menyatakan bahwa dalam kromatografi komponen-komponen terdistribusi dalam 2 fase gera dan fase diar. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel ataupun terserap. Dalam suatu hal yang berhasil akan berpindah tempat sepanjang deret noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna tentu saja nodanya dapat terlihat.
Basset (2004), menyatakan bahwa kertas kromatografi dibuat jarak dengan tanda 2-3cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal yang terdapat beberapa tehnik, pada setiap pelaksanaan analisis pada tehnik ascending: pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler, dan dengan tehnik radial atau kromatografi kertas sirkuler lain.  
Underwood (2005), menyatakan bahwa kromatografi dianggap semata-mata terbentuk partisipasi dari caiarn-cairan setelah disingkapkan pada udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Zat-zat yang terlarut itu pedahal fase geraknya dapat dicampur dengan air.
Basset (2008), menyatakan bahwa selain kertas kromatografi whatman dapat pula digunakan kertas selulase murni. Kertas selolosa dimiliki atau dimodifikasi atau dikromat dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas yang menjadi pertimbangannya adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, pembentuk komet dan laju pergerakan pelarut dan juga penolak pada air.







Hasil yang diperoleh dari praktek menggunakan air mineral dapat diketahui sebagai berikut

Warna tinta
Warna noda
    Jarak noda 
     Jarak air
Biru
Biru tua (0,7)

Biru muda(7,8)
 0,07

0,8
Hijau
Hijau tua(0.5)

Hijau muda(1)

Hijau toska(6)
0,05
merah
Merah muda(2,5)

Merah bata(5,5)

Merah tua(0,5)
0,6

0,05


Jadi kesimpulannya, dari hasil percobaan bahwa jarak dari air pada tiap zat warna tidak sama dan juga jarak noda yang ikut merambat naik juga tidak ada yang sama. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa warna dari tinta yang terakhir di tetes merambat lebih muda dari warna tinta yang pertama kali diteteskan pada kertas. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000).

Pada percobaan kromatografi menggunakan aquades di peroleh jarak antara batas air sebesar 8 cm, noda warna merah 6,5 cm, noda warna hijau 6,5 cm, noda warna biru 6 cm.


Hasi yang di peroleh di ketahui sebagai berikut :
Warna Tinta
Warna noda
Jarak Noda
Jarak Air
Merah
Merah muda
0,8
Hijau
Hijau muda
0,8
Biru
Biru muda
0,7

Cepat rambat masing-masing tinta yang di gunakan hampir sama, dan perubahan warnanya menjadi lebih cerah. Metode kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan secara fisika yang menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan migrasi yang disebabkan oleh beda koefisien distribusi dari masing-masing komponen. Salah satunya merupakan lapisan stasioner (fase diam) dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluida) yang mengalir lambat menembus sepanjang lapisan stasioner Annisa (2000).
Dengan menggunakan aquades zat warna lebih cepat merambat dari pada menggunakan air. Menurut Joko, (2008) menyatakan bahwa semakin bannyak tinta yang diteteskan , maka semakin lebar pula resapan tintanya. Dan penetesan tintanya jangan terlalu banyak akan mengakibatkan melebarnya tinta warna yang sangat banyak.
Stever dan Howe (2003), menyatakan bahwa proses cepat lambat reaksi pada air dan noda akan menunjukkan perbedaan jarak pada kedua noda dan air tersebut. Proses yang demikian akan menunjukkan suatu proses kromatografi yang merupakan bagian darikromatografi kertas.
Petrucci (2003), menyatakan bahwa kromatografi, yakni kromatografi pemisahan zat warna dalam tinta yang hitam oleh kertas kromatografi akan menunjukkan curahan oleh proses reaksi yang perbandingan jaraknya akan berbeda. Jarak perbandingan noda itutidak akan mencapai 1cm.
Hadley (2001), menyatakan bahwa reaksi pada kertas kromatografi terlihat lebih cepat antara air dengan tinta yang jauh berbeda. Akibat dari reaksi, pada air yang terlalu cepat adalah pengaruh daripada BJ air yang terlalu tinggi daripada tinta.

Stoikiometri

Pengamatan Stoikiometri CuSO4 – NaOH

NaOH – CuSO4

Ml                Ml

TM

TA

∆T
 5                   2
 4                   3
 3                   4
 2                   5
29
27
26
26
29
28
27
26
29 -29 ꞊ 0
28 – 27 ꞊ 1
27 – 26 ꞊ 1
26 – 26 ꞊ 0

Grafik pengamatan Stoikiometri

Stoikiometri Asam – Basa
a.       NaOH – HCL
NaOH – HCL

Ml                Ml

TM

TA

∆T
  2                   8

  4                   6

  6                   4
27

27

27
30

38

28
3

11

1

Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-HCl


b. NaOH_H2SO4
NaOH _ H2SO4
  Ml            Ml
TM
TA
2                  4
26
26
0
4                  2
26
27
1

Grafik pengamatan stoikiometri NaOH-H2SO4


Stoikiometri CuSO4-NaOH
Semakin tinggi volume larutan NaOH semakin rendah temperatur yang dihasilkan dan semakin rendah volume larutan NaOH, maka semakin tinggi temperatur yang dihasilkan. Pada pencampuran larutan tersebut dengan perbedaan volume antara NaOH dengan CuSO4, menghasilkan perubahan warna yang berbeda-beda.Seperti pencampuran 5 ml CuSO4 dengan 2 ml NaOH menghasilkan warna yang keruh, sedangkan pada pencampuran 2 ml CuSO4 dengan 5 ml NaOH menghasilkan warna yang tetap jernih. Hal ini sesuai dengan pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan  semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.
Stokes B.J (2004), menyatakan bahwa stoikiometri mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan suatu eksperimen maupun dalam suatu perindustrian, dimana kita dapat mencampurkan zat pereaksi dalam jumlah yang sesuai serta dapat memperkirakan jumlah yang sangat besar.
Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya.
Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai.
Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label, faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu.
Petrucci (2002), menurut dalton suatu unsur hanya dapat bereaksi dengan jumlah tertentu untuk ukuran unsur lain yang membentuk senyawa tersebut.
Staver dan Howe (2004), stoikiometri merupakan sebagai suatu massa dan modelmol, untuk dikaitkan dengan molekul dan tidak untuk unsur atom.
Syukri (2006), hukum kekekalan massa berbunyi bahwa setiap massadan zat-zat bereaksi adalah sama dengan massa zat-zat hasil reaksi dari massa
tersebut.



Stoikiometri NaOH – HCL
Semakin tinggi volume asam Maka suhu semakin rendah, semakin rendah volume asam maka suhu semakin tinggi dan semakin tinggi basa, maka suhu rendah.
Percobaan di atas menggunakan reagen NaOH yang bersifat basa dan larutan HCL yang bersifat asam yang apabila kedua larutan dicampurkan akan didapat garam NaCl yang kemudian diukur suhunya menggunakan thermometer agar dapat diketahui suhu setelah dicampurkan kemudian diaduk agar kedua larutan dihomogenkan. Pada pembuatan larutan 1 M digunakan akuades untuk mengencerkan larutan.
Brady (2002), stoikiometri merupakan sebagian senyawa harus memiliki perbandingan massa yang tepat daripada unsur-unsur penyusunnya.
Abraham dan Wiliamson (2004), menyatakan bahwa stoikiometri merupakan suatu perhitungan yang mempunyai koefisien dalam suatu reaksi dan indeks terhadap pemakai.
Hadley dan Pillay (2000), menyatakan bahwa stoikiometri yaitu metoda, atau faktor label, faktor satuan dan unit scele up, serta analogi bentuk personal kimia yang mendasar adalah menghitung massa dari suatu persamaan dan reaksi kimia tertentu.
Pada percobaan kedua digunakan reagen NaOH 1 M yang bersifat basa dan  yang bersifat asam. Yang apabila dicampurkan akan menjadi garam  dan juga digunakan akuades untuk mengencerkan larutan NaOH dan  menjadi 1 M. percobaan kedua dilakukan dengan mencampurkan larutan kemudian diaduk agar larutan menjadi homogen kemudian diukur suhunya agar dapat diketahui tinggi suhunya. Percobaan kedua juga dilakukan tiga perlakuan berbeda yang pertama yaitu mencampukan 2 ml NaOH dengan 6 ml  dan didapat suhu NaOH adalah 28  , suhu  dan suhu campurannya reaksi ini termasuk dalam reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan  sebagai pereaksi sisa. Perlakuan kedua adalah dengan mencampurkan 4 ml NaOH dan 4 ml  dan didapat suhu NaOH adalah  , suhu adalah  dan suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga termasuk dalam reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan  sebagai pereaksi sisa. Pada perlakuan ketiga dicampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml  dan didapat suhu NaOH adalah , suhu  adalah  dan suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga merupakan reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH sebagai pereaksi dan sebagai pereaksi pembatas. Dan pada percobaan kedua ini didapat titik maksimumnya adalah  dan titik minimumnya adalah .
Dari kedua percobaan diatas dapat kita buat garfik suhu terhadap jumlah volume masing – masing reagen. Pada grafik 4.3.1 dapat kita lihat apabila semakin banyak pereaksi yang beraksi atau semakin sedikit pereaksi yang bersisa maka perubahan suhu semakin tinggi sehingga pada percampuran 4 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M merupakan suhu tertinggi karena reaksi tersebut merupakan reaksi stoikiometri. Dan pada grafik 4.3.2 juga membuktikan semakin sedikit konsentrasi pereaksi sisa  semakin tinggi perubahan suhunya. Dan didapat tertinggi pada campuran 6 ml NaOH dan 2 ml .
Dalam praktikum ini terdapat beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan kurang akurat yaitu ketika pengukuran suhu menggunakan thermometer.Thermometer mengenai dinding gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang ke atas, selain itu suhu ruangan yang kurang stabil serta pipet yang digunakan telah di gunakan pada larutan. 
Dalam percobaan reagen dimasukkan kedalam gelas kimia, di ukur sesuai volume yang diperlukan. Dan diukur menggunakan thermometer, hal ini berfungsi  agar mendapatkan suhu yang akurat dari masing – masing reagen dengan volume yang berbeda. Lalu reagen dicampur dan diguncang sedikit agar reagennya tercampur. Kemudian diukur suhu campurannya dengan thermometer agar dapat diketahui suhu campuran tertinggi dan dapat ditentukan yang stoikiometri. Hal ini sesuai dengan pendapat maka semakin Sudjiwo (2007), menyatakan bahwa perubahan temperatur pada stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. Stoikiometri dapat dihitung dengan suhu akhir dikurang suhu awal. (Fransisco, 2004) berpendapat bahwa semakin tinggi volume larutan semakin rendah temperature yang dihasilkan dan Semakin rendah volume larutan, maka semakin tinggi temperature yang dihasilkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Pada Pratikum faktor yang mempengaruhi laju reaksi diperoleh hasil reaksi antara 1.seng dan asam klorida :
Konsentarasi seng
Waktu(m)
1 M
30

            Dalam pencampuaran larutan ini tidak diperoleh perubahan ( tidak bereaksi), sehingga balon tersebut tidak berisi oksigen dan tidak dapat berdiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Whiskia (2003) mengatakan, bahwa salah satu metode penentu orde reaksi menurut waktu atau reaksi awal dari sederet percobaan. Metode membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi antara waktu yang diperlukan dipergunakan untuk mendapatkan hasil yang tepat.

2. Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida
Labu
Waktu (m)
A
15
B
15

Reaksi antara kalium karbonat dan asam klorida yang di dapat adalah marmer yang telah digerus lebih cepat bereaksi daripada marmer yang tidak digerus   karena sesuai dengan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaannya.Semakin besar luas permukaan sentuh antar partikel maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga apabila semakin kecil luas permukaan  bidang sentuh,maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,sehingga laju reaksi pun semakin kecilKarakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh,yaitu semakin halus kepingan itu ,maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;sedangkan semakin kadar kepingan itu ,maka semakkin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.(Anonim 2009).
3. Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat
Reakasi antara kaliumprmanganat dan asam oksalat di dapat hasil :
Tabung
Temperatur
Waktu (menit)
1
Dipanaskan
11,44
2
Tidak dipanaskan
15

semakin besar temperatur yang diberikan, maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Suhu juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak ,sehingga tumbukan yang tterjadi semakin sering,menyebabkan laju reaksi semakin besar.

Katalis menurunkan energi aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi ,yaitu membuat tahap-tahap reaksi yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah.Dalam suatu reaksi ,katalis tidak mengalami perubahan kimia (tidak ikit bereaksi).Katalis diperlukan dalam suatu reaksi ,tetapi jumlahnya relatif sedikit.(Sandri.2009).

Pada umumnya untuk kenaikan suhu sebesaar 100C,laju reaksi akan naik menjadi dua saampai tiga kali lipat dari semula yang dapat dirumuskan sebagai berikut: .(Anonim.2009).Hasil dari reaksi antara natrium tiosulfat  dan asam klorida adalah semakin tinggi temperatur yang diberikan maka semakin cepat suatu reaksi terjadi, sama halnya dengan reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat.

Titrasi Oksidasi Reduksi
Tabel hasil pengamatan titrasi oksidasi reduksi
Kedudukan buret
Titrasi -1
suhu
Waktu (m)
Setelah titrasi
Awal titrasi
Jumlah KMnO4 yang digunakan (ml) 
35
0
35
Suhu awal 29
Suhu panas 95
10.20

Setelah pencampuran larutan asam oksalat standar dengan dengan aquades dan H2SO4 warna campuran larutan tersebut tetap bening. Selah campuran larutan tersebut di panaskan dan di campur dengan larutan KMnO4 warna larutan tersebut berubah menjadi keruh dan coklat.sesuai dengan Brady, (2009). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yg ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yg dinyatakan dgn perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi Larutan basa yg akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) & jumlah yg terpakai dpt diketahui dari tinggi sebelum & sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dg mengukur volumenya terlebih dahulu dg memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yg diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (Syukri, 2009).
Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut dapat diabaikan (Snyder, 2006).
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yg diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 2005).






PENUTUP


Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum dilaboratorium mahasiswa dan maha siswi dapat memahami dalam penggunaan alat dan bahan kimia.
Pemisahan dan pemurnian ada beberapa cara pemisahan  campuran yaitu filtrasi, kristalisasi, destilasi. Jadi suatu larutan yang dicampurkan dengan air dan kemudian disaring terdapat perbedaan dan hasil saringan tersebut dipanaskan akan terlihat beberapa kristal. Sebagai contoh garam ini merupakan suatu komponen. Bila suatu campuran yod dengan natrium karbonat dapat menimbulkan kristal yang berwarna. Begitupula dengan campuran garam dan pasir, air yang awalnya bening semakin disaring dan dicuci  air saringan tersebut semakin pekat.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan dan pengidentifikasian campuran berdasarkan perbedaan suatu kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu dan pada kromatografi, komponen-komponenya akan dipisahakan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Difase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen diam yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal dan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan dapat bergerak lebih cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah semakin besar temperatur yang diberikan maka semakin cepat laju reaksi yang berlangsung. Dan juga semakin besar molaritas maka semakin cepat konsentrasinya. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan laju raksi dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi baru.
Semakin  lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.
Semakin  lama uapannya bertambah,telah beberapa lama dilakukan pembakaran selama kurang lebih 15 Menit airnnya mendidih, dan dilakukan titrasi, airnya berubah semakin jernih dan ada sedikit endapan kotoran dari cairan KMnO4.



Saran

Kepada mahasiswa diharapkan dalam menggunakan bahan kimia harus berhati-hati dan tidak ceroboh karena banyak bahan kimia yang berbahaya yang bisa merusak tubuh apa bila tersentuh pada tubuh kita dan juga banya alat kimia yang terbuat dari kaca yang bisa pecah apabila kita perlakukan secara kasar.
Didalam mengikuti paraktikum diharapkan konsentrasi yang penuh agar tidak salah dalam pencampuran zat
            Dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium diharapkan praktikan bisa bekerja dengan aktif, dan tidak bermain-main yang dapat menganggu suasana daripada praktikum. Kepada semua praktikan, saya sarankan untuk tetap berhati-hati dan konsen pada alat dan bahan kimia pada praktikum



DAFTAR PUSTAKA


Annisa 2000 : 117 http://blogspot.com metode kromatografi , di postkan tanggal 1           1 januari 2002. Diakses tanggal 28 Desember 2014 pukul 19.00 WIB.
Aswad. Dkk., 2001. Kimia SMA 2. Erlangga. Jakarta.
Arsyad. M. Natsir.2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia.   Jakarta.
Bird. 2000. Kimia XI A. Jakarta. Erlangga.
John,Wilson.2001.Kegiatan Perbandingan Praktikum Kimia Dasar.Bumi Sakti:Semarang
J.Marray.2004.Kromatografi.Balai Pustaka:Jakarta
Justiana,Sandri.dkk.2009. Kimia 2 .Yudisthira:Jakarta
Sahna. 2001. Buku Ajar Vogel : Analis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Sitorus. Ronald. 2002. Pemisahan dan Pemurnian. Erlangga. Jakarta.
Stacy.2003.Kimia Dasar dan Terapan Moderen.Erlangga:Jakarta
Syukri.2000. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung.
Tamrin dan J. Abdul. 2008. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus Kimia. Gita Media Pres : Jakarta
Yasid.2005.Kromatografi.Erlangga:Semarang
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar